Logo RTC
Logo AMSI
Logo HUT RTC Ke 20
 
Perempuan Inspiratif dari Perbatasan Negeri, Mengantar Biji Pohon Karet ke Pentas Pangan Dunia

Riauterkini-BENGKALIS- Kisaran tahun 2005, seperti halnya masyarakat kampungnya di Desa Berancah, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Dewi Melinda juga menganggap biji buah Pohon Karet atau Para sebagai sampah. Bende tak de gune atau barang tak bernilai. Apalagi untuk menjadikannya sebagai makanan, dan bisa-bisa berefek negatif ke kesehatan. Tapi anggapan Dewi 17 tahun silam, kini telah berbalik seratus delapanpuluh derajat. Para, bagi mantan Guru Favorit Provinsi Riau tersebut adalah masa depan. Harapan bagi sumber pangan baru yang aman dan sehat.

Pohon Karet atau Hevea Brasiliensis bagi Dewi dan masyarakat Pulau Bengkalis umumnya adalah denyut nadi perekonomian. Manfaat yang didapat bukan dari buah, melainkan getah yang mengalir dari torehan pisau sadap di batang pohon karet. Cairan lebih putih dari susu itu ditampung dalam tempurung kelapa. Lalu dikumpulkan menjadi bongkahan-bongkahan. Dewi dan masyarakat Bengkalis menyebutnya "ojol". Punya "ojol" berarti punya beras dan punya kebutuhan hidup. Karena "ojol" mudah dijual kepada pengepul atau toke kapanpun jika mau.

Karena yang diambil hasilnya adalah getahnya, maka buah pohon Karet selalu dianggap sampah. Terlebih belum pernah dikomsumsi manusia. Di seluruh kebun Karet, biji Para pasti berserak. Dibiarkan kehujanan dan kepanasan sampai tumbuh menjadi bibit Karet. Sebagian dicabut untuk ditanam, namun kebanyakan dibabat karena dianggap sebagai gulma.

Tapi sekarang Dewi Melinda siap membeli biji Para itu seharga Rp5.000 perkilogram. Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau (FKIP Unri) itu membutuhkan sekitar 1 ton Para dalam sebulan. Bukan untuk disemai sebagai bibit dalam rangka pengembangan sektor perkebunan, melainkan untuk bahan baku sejumlah produk makanan.

Di tangan Dewi Melinda, Para kini tersaji menjadi aneka kuliner. Tak sekedar enak tapi juga aman lagi sehat. Mulai dari keripik sampai kue mueh dan olahan lainnya. Tepung Para bisa dijadikan olahan apapun, tergantung keahlian juru masak dan selera.

"Tepung Para sangat aman dan sehat. Mudah diolah menjadi berbagai kuliner yang aman dan tentu sehat," tutur mantan Guru Honor di MAN 1 Bengkalis ini.

Dewi lantas mengisahkan perjalanan panjang transformasi Para dari yang dianggap limbah menjadi sumber pangan aman dan sehat itu. Bermula saat rutinitas Dewi kecil membantu orang tuanya mengumpulkan gumpalan-gumpalan getah Karet dari tempurung untuk dijadikan "ojol". Selalu saja ia melihat Para berserakan, terpijak-pijak dan tak dianggap sama sekali.

Suatu hari terlintas dalam pikirannya mengenai manfaat Para. Dewi berkeyakinan mustahil sesuatu diciptakan Tuhan tanpa berguna. Manusia saja yang belum mengetahuinya. Berangkat dari situlah Dewi ketika duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Selatbaru memungut puluhan butir Para dari kebun orang tuanya dan dibawa pulang.

Para-para itu lantas dipecahkan cangkang kerasnya. Teksturnya keras, berpemukaan licin dan mengkilat dengan warna coklat kehitaman. Perlu batu atau kayu untuk memecahkan cangkangnya. Dalam cangkang itulah isi Para dikumpulkan. Sekilas seperti Kemiri, warna dan aromanya.

Biji-biji Para yang sudah dipisahkan dari cangkangnya kemudian direndamnya. Dewi memulai percobaan menjadikan biji Para sebagai bahan pangan. Tahap awal bukan untuk konsumsi manusia, tetapi hewan.

"Setelah direndam beberapa hari, biji-biji Para saya jemur. Setelah kering ditumbuk agar lebih halus dijadikan dedak, lalu saya jadikan pakan ayam," tuturnya.

Dewi sengaja memisahkan ayam-ayam yang diberi pakan biji Para dengan ayam seusia lainnya. Selama sebulan ayam-ayam tersebut dikarantina. Dimasukan kandang khusus dan secara rutin diberi pakan biji para pagi dan sore. Hasilnya, mengagumkan! Ayam-ayam yang dikarantina pertumbuhannya lebih cepat. Bahkan saat ditimbang dan dibandingkan dengan ayam seusia yang tak diberi makan biji Para, bobotnya lebih berat.

Orang tua Dewi, pasangan Jana Wiyanto dan Iis Sugiarti semula skeptis. Mengganggap apa yang dilakukan Dewi sekedar main-main. Mengingat ketika itu Dewi bisa dibilang masih bocah. Tapi melihat ayam-ayam yang diberi makan Dedak Para tidak keracunan, bahkan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan serangan penyakit, mereka pun takjub. 

"Bapak dan emak lantas mendukung saya melakukan percobaan lanjutan. Mengembangkan kemungkinan Biji Para dikomsumsi manusia," kenang perempuan kelahiran 16 Juni 1992 silam tersebut.

Sukses menjadikan biji Para sebagai pakan ternak, Dewi tak lantas berpuas diri. Justru semakin bergairah melanjutkan eksperimen. Kali ini targetnya membuktikan bahwa biji Para bisa dinikmati manusia. Menjadikannya sebagai bahan pangan.

Langkah awal eksperimen keduanya sekedar mengulangi proses. Hanya saja, kali ini proses peredaman daging Para lebih lama, selama sepekan. Karena diproyeksikan untuk komsumsi manusia, hasil tumbukan daging Para dibawanya ke Puskesmas. Untuk diuji laboritorium kandungannya.

Hasilnya membuat Dewi terlonjak girang. Daging Para ciptaannya dipastikan tak mengandung Sianida, zat yang bisa memicu keracunan. Terlebih kandunganya proteinnya jauh lebih tinggi dari tepung Tapioka.

Berdasarkan hasil uji laboratorium Para setiap takaran saji 150 gram, mengandung kadar protein sebesar 9,07 gram dengan 10 persen Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 10 persen dari kebutuhan 2.150 kkal untuk keperluan tubuh dalam sehari. Sedangkan Tapioka per 100 gram kandungan proteinnya hanya mencapai 2 gram.

Berbekal dengan hasil uji laboratorium tersebut, Dewi memantapkan tekad mewujudkan Para sebagai sumber pangan higienis, aman dan sehat.

Pangan pertama yang diciptakan di tahun 2005 adalah keripik tampilan original biji Para yang mirip dengan emping melinjo.

"Alhamdulillah pertama kali keripik Para ini dimakan keluarga. Tidak ada efek buruk, jadi yang makan keripik ini meningkatkan selera makan. Jadi bisa meningkatkan berat badan, saya pun penasaran," ujarnya sambil tertawa ringan.

Dewi-pun memproduksi keripik Para-nya lebih banyak untuk dijajakan dari rumah ke rumah dengan pemasaran mulut lewat mulut. Aktifitasnya itu dilakoni Dewi hingga menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Bantan.

Sulap Biji Para Jadi Tepung Pangan Serba Guna

Dewi semakin bersemangat mengembangkan olahan biji Para. Selain masih memproduksi untuk keripik, daging Para itu digiling untuk jadikannya ke wujud tepung serba guna.

Dari tepung Para itu, lantas Dewi berinovasi menciptakan sedikitnya 20 jenis olahan pangan baru yang diciptakan, antara lain seperti ilik-ilik bidaran rasa ikan tenggiri, rasa abon, rasa udang, biskuit, stik, brownis hingga kue lapis.

Dan untuk mematenkan nama olahannya tersebut, Dewi memberikan merek dengan sebutan Dewra akronim dari Dewi Si Penemu Biji Para atau Biji Getah Karet.

"Di tahun 2010 saya menciptakan merek produk-produk itu dengan nama Dewra, dan dipasarkan ke mahasiswa-mahasiswa. Tambahan modalnya dari menyisihkan bantuan beasiswa dan proposal," ucap Dewi waktu itu masih menyandang mahasiswa sekaligus menjadi assisten dosen (Asdos).

Produk olahan Dewi untuk meyakinkan sebagai pangan manusia dari biji Para, juga dibuktikan berhasil memperoleh juara di sejumlah ajang perlombaan karya ilmiah.

Pada tahun 2017 atas nama pribadi dan sekolah tempatnya mengajar, lomba inovasi produk lokal dari hasil alam. Tidak hanya itu, alat mesin gilingan biji Para inovasinya yang dirakitnya sendiri diapresiasi oleh mantan Presiden RI BJ. Habibie pada tahun 2017 silam, pada momen Hari Teknologi Nasional (Harteknas).

"Di 2018 saya terpaksa mengundurkan diri dari menjadi guru karena alasan kesehatan," ujar perempuan mengakhiri lajang dengan Zaini akhir tahun 2017 silam.

Hikmah Pandemi Covid-19 dan Terkenalnya Dewra Olahan Para

Sebagai ibu rumah tangga, tangan Dewi terus mengulik-ulik Para dan memasarkan produknya ke tengah-tengah masyarakat.

Pada akhir tahun 2019, pandemi Covid-19 mewabah ke penjuru dunia tidak terkecuali Indonesia.  Pandemi Covid-19 berdampak buruk terhadap perekomian, bahkan tidak sedikit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus menerima imbasnya.

Berbeda dengan hasil pengolahan biji Para yang ditekuni Dewi. Dengan keunikannya, justru produk Dewra-nya malah diuntungkan.

Bermodal keunikannya itu, Dewra diikutsertakan untuk mengikuti Lomba Kurasi Brilliant di salah satu bank di Bengkalis pada 2019 hingga 2020. Dalam setahun melewati babak penyisihan, mulai tingkat kecamatan, kemudian kabupaten dan akhirnya berhasil mewakili Kabupaten Bengkalis untuk Provinsi Riau. Produk olahan Para Dewi, bertengger "anggun" di stand Program Kurasi produk unggulan di tingkat nasional bersama 3.000 unit UMKM dari seluruh Indonesia.

"Saat bersamaan produk Dewra diajukan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual atau HKI ke Kementerian Hukum dan HAM RI," sebutnya.

Di ajang itu, ada sembilan kreasi unggulan terbuat dari olahan biji Para yang diperkenalkan, antara lain biskuit biji getah original, biskuit coklat kili-kili, emping biji para, stik, brownis, bolu, hingga popcorn. Tidak disangka olahan biji Para Dewi memperoleh predikat sebagai produk Best World. Dewi-pun dinobatkan sebagai Duta UMKM Brilliant Preneur Provinsi Riau 2020.

"Dari 3.000 UMKM Dewra sebagai produk Best World, saya tidak bisa hadir langsung lantas dihubungi lewat video call oleh Presiden RI Joko Widodo. Pak Presiden sangat baik, kemudian diajak  berdialog," kata Dewi seraya sumringah.

Berhasil mengantongi berbagai syarat sebagai bahan pangan olahan halal, teruji klinis, serta hak paten olahan biji Para Dewi semakin diakui. Menjadi souvenir jajanan pejabat negara, bahkan sejumlah pelanggan dari negara lain seperti Korea, Tiongkok, Taiwan, Thailand dan Malaysia membelinya.

Dari karya produk unggulan berbahan biji Para itu, Dewi juga berhasil menyandang juara pertama Lomba Pemuda Pelopor dan Kuliner Pangan tingkat provinsi dan mewakili Riau Pemuda Pelopor Nasional pada tahun 2021. Semakin memantapkan Dewi untuk berkomitmen belajar dan berinovasi.

Kegigihan mantan guru honor tersebut telah memperoleh perhatian khusus dari pemerintah. Tahun 2022, Dewi dinyatakan sebagai perempuan satu-satunya memproduksi biji Para yang memperoleh Piagam Penghargaan dari Kemenkum HAM, serta UMKM bidang pangan yang telah memperoleh hak paten HKI.

Tahun 2022 ini, produksi pangan dari biji Para sudah menembus 1.000 kilogram (1 ton) dalam sekali pengolahan.

Sejumlah bantuan mesin produksi lengkap sehingga membantu proses produksi lebih meningkat. Pemerintah memfasilitasi cetak mesin giling, penampungan biji Para serta termasuk penyediaan mesin pencetak kue unggulannya.

"Bahan baku sebelumnya hanya membeli dari masyarakat sekitar Pulau Bengkalis, namun tingginya permintaan pasar kami harus memesan bahan baku Para dari luar daerah seperti Bengkulu dengan harga Rp5.000 perkilogram," papar ibu satu orang anak ini lagi.

Atas pencapaian yang diperolehnya saat ini, Dewi tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bupati Bengkalis Kasmarni dan Wakil Bupati Bagus Santoso, serta instansi pemerintah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bengkalis serta pemerintah desa yang telah mendukung unit usaha Dewra-nya.

Dewi memendam harapan besar, bahwa produk-produk Dewra akan semakin mendunia. Masih ada satu Kurasi yang akan diikuti, yakni Ekspo di Dubai, Uni Emirat Arab yang diagendakan tahun 2023 mendatang. Produk Dewra karya Dewi telah di didaftarkan diajang tersebut oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.

Dengan hastag "Biji Getah Membawa Berkah", produksi Dewra saat ini menghasilkan cuan atau omset rata-rata Rp3-4 juta perbulan, dan penerimaannya itu belum termasuk hasil penjualan dari pemesanan khusus dari sejumlah pelanggan yang ada di luar negeri.

Dulunya terabaikan, berkat kreatifitas Dewi, biji pohon Karet atau Para kini sudah menjadi olahan makanan yang luar biasa aman dan sehat menuju pentas dunia.

Dengan kerendahan hatinya, Dewi juga berharap ingin terus memberikan inspirasi, berkontribusi, dan mengembangkan potensi yang ada.

"Sebagai perempuan harus tetap menjalankan amanah dengan tidak meninggalkan tugas utama sebagai ibu rumah tangga. Perempuan tidak hanya di rumah, akan tetapi bisa juga berkarya, berprestasi dan terus belajar. Mengembangkan potensi yang kita punya," ajak Dewi menyemangati kaum Hawa.***(Didik Purwanto)

 
BERITA SEBELUMNYA :
Advertorial
Senin, 15 April 2024

Berbagai Program CSR RAPP di Meranti Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Berbagai Program CSR RAPP di Meranti Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.

Galeri
Kamis, 04 April 2024

Galeri Paripurna DPRD Rohul Hasil Reses Masa Sidang II Tahun 2024

DPRD Rohul Gelar Paripurna. Penyampaian hasil Reses Masa Sidang II Tahun 2024.

Advertorial
Sabtu, 06 April 2024

Advertorial,
RAPP Umumkan Para Pemenang Anugerah Jurnalistik APRIL-APR Tahun 2023, Ini Nama-namanya

RAPP Umumkan Para Pemenang Anugerah Jurnalistik APRIL-APR Tahun 2023, Ini Nama-namanya. Cek.

Advertorial
Jumat, 05 April 2024

Safari Ramadan Pemprov Riau di Rohul, CSR BRK Syariah Disalurkan untuk Masjid Ponpes Darussalam Kabun

CSR BRK Syariah disalurkan ke Masjid Pondok Pesantren Darussalam Kabun bersamaan dengan Safari Ramadan Pemprov Riau di Rokan Hulu.

Galeri
Rabu, 03 April 2024

Wabup Indra Gunawan Lepas Peserta Pawai Taaruf dan Pembukaan MTQ ke-24 Kabupaten Rohul

MTQ ke-24 Kabupaten Rohul resmi dimulai. Ditandai dengan pelepaaan pawai taaruf dan pembukaan oleh Wakil Bupati Indra Gunawan.

Advertorial
Rabu, 03 April 2024

Riau Petroleum Ajak Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Belanjo Baju Rayo

Riau Petroleum ajak anak yatim piatu dan dhuafa Belanjo Baju Rayo sebagai wujud kepedulian perusahaan.

Berita Lainnya

Kamis, 18 April 2024

Tim Labfor Polda Riau Selidiki Penyebab Kebakaran Kantor DLH Pelalawan


Rabu, 17 April 2024

Cek Fakta: Klarifikasi Menteri Pendidikan Ubah Seragam Sekolah


Rabu, 17 April 2024

Ribuan Masyarakat Sambut Kehadiran Bupati di Acara Rayo Saronam Kuantan Hilir


Rabu, 17 April 2024

Halal Bi Halal PTPN IV Regional III, Manajemen-Karyawan Komit Perkuat Sinergitas Akselerasi Kinerja Perusahaan


Rabu, 17 April 2024

Kepala Kanwil Kemenkumham Riau : Sebanyak 3.763 Orang Lalui Pelabuhan Dumai


Rabu, 17 April 2024

BMKG Pekanbaru Rilis Cuaca Ekstrem di Riau Hingga Tanggal 21 April


Rabu, 17 April 2024

Nama Nasarudin Masuk 5 Kader Golkar yang Akan Bertarung di Pilgub Riau


Rabu, 17 April 2024

Pj Gubri Apresiasi Ziarah Kubur Raya Enam di Kampar


Rabu, 17 April 2024

Asal Parkir, Tamu Pj Bupati Inhil Hambat Pengandara Lain


Rabu, 17 April 2024

Tiga Kali Beraksi, Jambret Meresahkan di Bengkalis Akhirnya Dibekuk Polisi


Rabu, 17 April 2024

Libur Idulfitri, Dua Pekan Tiga Jalan Tol di Riau Dilalui 416.007 Kendaraan


Rabu, 17 April 2024

Pembiayaan Gadai Emas Lebih Murah di BRK Syariah, Ujrahnya Hanya Rp6.000 per Gram


Rabu, 17 April 2024

Enam Bulan Jelang Penetapan Paslon, Kepala Daerah Dilarang Mutasi Pejabat


Rabu, 17 April 2024

Liputan Bersama Tempo untuk Pulitzer,
Kebun Meluas, Gajah Sumatera Terjepit Sawit


Selasa, 16 April 2024

Pemprov Selesaikan 94 Persil Pembebasan Lahan Masyarakat untuk Pembangunan Flyover Panam


Selasa, 16 April 2024

Hoaks! Ustadz Denis Lim Berbagi Rejeki di Situs Judi Online


Selasa, 16 April 2024

Habis Libur Lebaran Kehadiran ASN di Siak Capai 100 Persen


Selasa, 16 April 2024

KPU Siak Rilis Tahapan Pilkada 2024


Selasa, 16 April 2024

Diduga Ingin Lakukan Pembegalan Pakai Sajam, Empat Pemuda di Inhil Diringkus Polisi


Selasa, 16 April 2024

Pimpin Apel Usai Libur Lebaran, Bupati Siak Minta OPD Ciptakan Inovasi Baru