Riauterkini - PEKANBARU - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyoroti masih timpangnya pembangunan infrastruktur digital di Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan dan pelosok. Kondisi ini dinilai berpotensi menghambat pencapaian cita-cita Indonesia Emas 2045.

Secara geografis, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menghadirkan jaringan internet yang merata. Fakta di lapangan menunjukkan banyak masyarakat desa belum bisa menikmati akses digital secara optimal. Ketimpangan ini berdampak pada lambatnya pembangunan sumber daya manusia, terbatasnya akses ekonomi, hingga terhambatnya kualitas pelayanan publik.

“Bagaimana mungkin generasi emas bisa dicetak jika masih ada anak bangsa kesulitan mengakses internet untuk belajar, petani terhambat memasarkan hasil panen karena keterbatasan jaringan, atau pemerintah desa kesulitan menjalankan pelayanan digital?” ujar Departemen Pengembangan Profesi HMI Badko Riau-Kepri, Reski Ananda Saputra, Senin (15/9/25).

Menjawab persoalan itu, Badko HMI Riau-Kepri telah menggagas program “HMI Masuk Desa, Menuju Desa Digitalisasi”. Program ini fokus menjangkau wilayah pelosok untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital sekaligus meningkatkan literasi masyarakat.

Reski menegaskan, pemerataan infrastruktur digital harus menjadi agenda prioritas nasional. Pemerintah, menurutnya, tidak boleh hanya memusatkan pembangunan digital di kota-kota besar, melainkan juga memperluas jaringan hingga ke desa terpencil.

HMI juga mendorong kolaborasi lintas pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, hingga penyedia layanan internet swasta seperti Telkomsel, Telkom, Starlink, dan lainnya untuk menghadirkan solusi nyata.

“Digitalisasi bukan hanya soal akses internet, tetapi juga literasi digital, keberlanjutan jaringan, serta kesiapan SDM desa dalam memanfaatkannya. Jika pemerataan digitalisasi terwujud, bukan hanya desa yang akan maju, tetapi cita-cita Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur juga lebih cepat tercapai,” pungkas Reski. ***(rls)